Pembukaan Mubes (musyawarah besar) IMPP-Jakarta |
Sambutan Ketua Umum 2015/2016 |
Kemudian acara dilanjut dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan mars IMPP-Jakarta oleh Nila Selvi Adi, serta dilengkapi dengan sambutan dari ketua pelaksana (Triyo Aji Prasetyo) dan sambutan dari ketua umum 2015/2016 (Khairul Umam), aetelahnya diakhiri dengan penutupan dan pembacaan doa oleh saudara (Sinatriya A. Jabar).
Selesai acara pembukaan seluruh peserta yang hadir digiring untuk menyambut persidangan yang pertama yaitu sidang pendahuluan yang mencakup : pembahasan acara mubes, tata tertib mubes, dan pemilihan presidium sidang. Sidang pendahuluan sendiri dipimpin oleh OC kepanitiaan dan divisi acara mubes adalah : Triyo Aji Prasetiyo (Pimpinan sidang 1), Sinatriya A. Jabar (pimpinan sidang 2), dan Hadi Asrori (pimpinan sidang 3).
Terdapat perang argumen serta kegaduhan yang terjadi kala sidang menuju pada poin pemilihan presidium sidang, dimana Gigih A. Ibnurhus dan Ismiyatul Arifiah memberatkan dirinya untuk ditunjuk sebagai presidium sidang. Mereka menduga pemilihan ini telah terjadi konspirasi agar dirinya untuk dipilih sebagai penuntun sidang-sidang selanjutnya serta menganggap pemilihan ini tidaklah sah baginya.
Sementara itu dikubu yang merasa terpojokan atas pernyataan ini kemudian mencoba meminta kebijakan dari seorang pimpinan sidang untuk semua peserta dapat legowo dan menghargai atas musyawarah yang ada.
“Saya merasa terpojokan pimpinan sidang! Semua yang disini menunjuk atau memilih presidium sidang atas dasar hati nurani mereka sendiri, tidak terapat suatu persekongkolan daintara kita dan lebih penting adalah memilih pun melihat dari kapasitas perorangan. Bukankah ini suatu hal yang mencederai berbagai perasaan perorangan? yang telah mengeluarkan haknya untuk menentukan dan memilih.” Ujar Chusnul Khotimah salah satu anggota divisi acara di kepanitiaan.
Namun tidak lama lagi anggapan tersebut disanggah oleh peserta yang terpilih sebagai presidium sidang tadi, sebut saja Miya (begitu sapaanya).
“Tidak wahai yang terhormat pimpinan sidang! Hal ini telah direkayasa dan saya merasa dirugikan akan penyimpangan ini. Dimana seharusnya demokrasi dapat berjalan dengan seadil-adilnya namun harus terciprat akal-akal kotor didalamnya. Mohon kebijakanya wahai pimpinan sidang yang terhormat.”
Suasana gaduh, sesekali pimpinan sidang terlihat mengetuk-ngetuk palu sidangnya. Terlihat begitu tegang raut wajahnya. Namun dengan kebijakan dan kearifan seorang pimpinan sidang pun akhirnya berhasil menetralisir keadaan yang cukup menguras emosi ini. Dengan cara menegoisasi serta melihat kepentingan bersama maka diberikanya sebuah pengertian kepada kedua belah pihak agar sama-sama menjaga utuh keharmonisan dan kemajemukan yang ada. Untuk mengikuti alur sidang dengan hati dan mengetahui pula jika acara mubes masihlah belum apa, terapat sidang-sidang yang teramat penting nantinya.
Penetralan suasana gaduh oleh pimpinan sidang |
0 komentar:
Post a Comment