Total Pageviews

Breaking News
Loading...
22/10/2016

Romantisme #TaarufIMPP2016

20:55





#Updateacara
 
Halaman luas masih menjadi pandangan teman-teman pengurus saat didatangi oleh alumni, peserta taaruf IMPP masih khusu’ menyimak materi dari pagi. Saat itu kira-kira jam 1 siang, peserta baru saja keluar dari aula setelah materi organisasi yang dibawakan oleh Anis zuyana S.Pd, beliau membawakan dengan aktif diskusi.

“Manfaat dari organisasi itu banyak, seperti halnya bisa kenal orang-orang luar biasa dan menyetiai silaturahim.” Ucap perempuan yang sekarang sudah jadi guru. Tak ketinggalan, peserta yang diajak berpikir kritis itu menanyakan banyak hal dari pemaparannya. Salah satunya Tukul widiatmoko mahasiswa PgSD Uhamka ini menayakan tentang perbedaan pemimpin otoriter dan demokratis. Semua pertanyaan dijawab santai oleh pembicara yang dibantu moderator Ari widi.

Tidak lama setelah selesai kira-kira jam 3 sore, mas Misbahudin S.Pd juga dateng motoran tanpa boncengan, satu semangat yang perlu kita teladani bersama. Satu persatu alumni datang, mas Ali Sya’ban yang bedomisili dekat stasiun Cilebut pun datang dengan istri  dan ketiga anaknya.

Bincang-bincang pengurus diruangan depan pun semakin ramai saat mas Ali menggambarkan suasana IMPP 2004 yang lalu, peserta sedang melaksanakan shalat ashar. “Saya tidak membayangkan lho, ternyata acaranya sebesar ini. Dulu kita seringnya kumpul-kumpul di basecamp dan sesekali silaturahim dengan alumni. Acara seperti ini jangan disia-siakan, harus ada bekasnya.” Ucap mantan aktivis awal 2000-an itu.

Kira-kira jam 4, mas Misbah mengisi acara, beliau memberikan materi Ke-IMPP-an yang berbicara tentang sejarah dan arahan kedepannya. Didalam dan diluar sama-sama membahas IMPP dizamannya.

Mengenai IMPP, penulis yang sesekali nimbrung di ruangan depan sedikit menyimak apa yang dibicarakan pengurus dan mas Ali. Tepat jam 5 setelah izin shalat asar, mas Ali pamit untuk mengantarkan keluarganya pulang. “Tenang, nanti malam saya bawa kopi khas Bogor.” Demikian ucapnya saat mau meninggalkan tempat acara disambut senyuman para pengurus.

Ketika mobil beliau baru sampai pintu keluar, mas Fathuri yang menamatkan Magisternya di Australia datang diantar temannya. Awalnya, pengurus mencari tahu tentang IMPP dimasanya dengan panjang lebar, semakin lama semakin panas. “Saya senang melihat acara begini, saya punya gagasan bahwa mahasiswa Pemalang ya harus pulang ke Pemalang, mbangun desa.

Dari data kemedes 2015 lalu, ada 2 desa di kecamatan Warungpring yang masih memiliki label ‘Desa Tertinggal’ yaitu desa Karangdawa dan Datar. Mungkin dikecamatan yang lain juga masih ada. Nah, kalau mahasiswa tapi tidak membagikan ilmu itu kasihan mereka, ya minimal ikut menyelesaikan program desa dan mengangkat literasi, bisa seperti orang KKN.

Tapi sebelum terjun, teman-teman IMPP ini perlu pembekalan lagi. Coba bikin discuss series tetang peraturan desa itu, bia perbulan selama 6 kali, setelah itu baru turun ke Pemalang.” Demiikian penjelasnnya panjang lebar. Saat itu suasana didalam ruangan masih khidmat menyimak pemaparan mas Misbahudin.

Sebelum maghrib moderator menyukupkan acara, para peserta antri mandi dan siap-siap untuk shalat. Saat itu juga mas Misbah dan mas Fathuri pamit karena masih ada urusan lain.

Setelah isya dilanjut acara mentoring untuk pendalaman materi, setelah itu akan ada panggung seni dan akustikan persembahan dari para alumni IMPP Jakarta yang semakin Mesra.

0 komentar:

Post a Comment

 
Toggle Footer