Halaman luas masih
menjadi pandangan teman-teman pengurus saat didatangi oleh alumni, peserta
taaruf IMPP masih khusu’ menyimak materi dari pagi. Saat itu kira-kira jam 1
siang, peserta baru saja keluar dari aula setelah materi organisasi yang dibawakan
oleh Anis zuyana S.Pd, beliau membawakan dengan aktif diskusi.
“Manfaat dari organisasi
itu banyak, seperti halnya bisa kenal orang-orang luar biasa dan menyetiai silaturahim.”
Ucap perempuan yang sekarang sudah jadi guru. Tak ketinggalan, peserta yang
diajak berpikir kritis itu menanyakan banyak hal dari pemaparannya. Salah satunya
Tukul widiatmoko mahasiswa PgSD Uhamka ini menayakan tentang perbedaan pemimpin
otoriter dan demokratis. Semua pertanyaan dijawab santai oleh pembicara yang
dibantu moderator Ari widi.
Tidak lama setelah
selesai kira-kira jam 3 sore, mas Misbahudin S.Pd juga dateng motoran tanpa
boncengan, satu semangat yang perlu kita teladani bersama. Satu persatu alumni
datang, mas Ali Sya’ban yang bedomisili dekat stasiun Cilebut pun datang dengan
istri dan ketiga anaknya.
Bincang-bincang
pengurus diruangan depan pun semakin ramai saat mas Ali menggambarkan suasana
IMPP 2004 yang lalu, peserta sedang melaksanakan shalat ashar. “Saya tidak
membayangkan lho, ternyata acaranya sebesar ini. Dulu kita seringnya kumpul-kumpul
di basecamp dan sesekali silaturahim dengan alumni. Acara seperti ini jangan
disia-siakan, harus ada bekasnya.” Ucap mantan aktivis awal 2000-an itu.
Kira-kira jam 4, mas
Misbah mengisi acara, beliau memberikan materi Ke-IMPP-an yang berbicara
tentang sejarah dan arahan kedepannya. Didalam dan diluar sama-sama membahas
IMPP dizamannya.
Mengenai IMPP, penulis
yang sesekali nimbrung di ruangan depan sedikit menyimak apa yang dibicarakan
pengurus dan mas Ali. Tepat jam 5 setelah izin shalat asar, mas Ali pamit untuk
mengantarkan keluarganya pulang. “Tenang, nanti malam saya bawa kopi khas Bogor.”
Demikian ucapnya saat mau meninggalkan tempat acara disambut senyuman para
pengurus.
Ketika mobil beliau
baru sampai pintu keluar, mas Fathuri yang menamatkan Magisternya di Australia
datang diantar temannya. Awalnya, pengurus mencari tahu tentang IMPP dimasanya
dengan panjang lebar, semakin lama semakin panas. “Saya senang melihat acara
begini, saya punya gagasan bahwa mahasiswa Pemalang ya harus pulang ke
Pemalang, mbangun desa.
Dari data kemedes 2015
lalu, ada 2 desa di kecamatan Warungpring yang masih memiliki label ‘Desa
Tertinggal’ yaitu desa Karangdawa dan Datar. Mungkin dikecamatan yang lain juga
masih ada. Nah, kalau mahasiswa tapi tidak membagikan ilmu itu kasihan mereka,
ya minimal ikut menyelesaikan program desa dan mengangkat literasi, bisa
seperti orang KKN.
Tapi sebelum terjun,
teman-teman IMPP ini perlu pembekalan lagi. Coba bikin discuss series tetang
peraturan desa itu, bia perbulan selama 6 kali, setelah itu baru turun ke
Pemalang.” Demiikian penjelasnnya panjang lebar. Saat itu suasana didalam
ruangan masih khidmat menyimak pemaparan mas Misbahudin.
Sebelum maghrib moderator
menyukupkan acara, para peserta antri mandi dan siap-siap untuk shalat. Saat itu
juga mas Misbah dan mas Fathuri pamit karena masih ada urusan lain.
Setelah isya dilanjut
acara mentoring untuk pendalaman materi, setelah itu akan ada panggung seni dan
akustikan persembahan dari para alumni IMPP Jakarta yang semakin Mesra.
0 komentar:
Post a Comment