Total Pageviews

Breaking News
Loading...
26/09/2016

Membuka tabir ‘Sejarah IMPP-jakarta’

18:59


25 September 2016



“Saat zaman saya, IMPP (Ikatan mahasiswa pelajar Pemalang) itu seperti menanam jagung yang tidak tumbuh-tumbuh. Karena mungkin anggotanya belum kenal sama IMPP padahal saat itu banyak dari anggota maupun pengurus aktif di organisasi luar kampus” Ucap mas Ali sya’ban mengawali sharing IMPP yang digelar dipulau Situ gintung, Ciputat.

“Dulu, saat bikin Ad/art organisasi juga terlalu cepat bersama mas roni, sapaan akrab bapak Thobaroni di sedap malam. Saat itu kami sama-sama aktivis kampus, jadi sudah sering melihat Ad/art di organisasi lain” lanjutnya.

Acara ini bertajuk Halal bi halal Mahasiswa pemalang yang ada dijakarta 25/9 yang dhadiri pula oleh founding fathers IMPP dari tahun 1990-an seperti Bapak Thobaroni, Bapak Nur Sehat, Bapak Mukholik abdul karim, Bapak Nur salim dan kawan-kawannya dengan tujuan mengungkap sejarah IMPP yang masih simpang siur.
Selain itu, pembicara juga menanamkan arti penting kuliah. “Rambut saya dulu gondrong, pernah ikut demo, tapi ya lulus cepat. Semester 7 saya sudah habis sks, jadi tidak ada alasan kuliah lama karena organisasi”. Tambah pria yang pernah menjadi ketua IMPP periode 1990 dan sekarang berdomisili di bogor.

Logo IMPP jakarta Pertama kali
Terkait sejarah IMPP, mas Thobaroni menjelaskan bahwa beliau membuatnya dengan teliti sesuai daerah yang ada di Pemalang, seperti menyisipkan gunung dan laut yang menyimbolkan bahwa Pemalang memiliki daerah pegunungan dan laut. Symbol gunung ini juga bisa dimaknai sebagai keunggulan, namun bukan berarti bangga diri, keunggulan disini supaya kader terus memacu bakat mereka dalam berbagai hal.

Dalam logo juga ada simbol laut, karena pemalang mempunyai itu seperti pantai widuri dan pantai nyamplung atau beberapa pantai yang memang sangat potensi menjadi destinasi para wisatawan. Korelasinya adalah bahwa IMPP juga harus menjadi organisasi yang bermanfaat, (superior) mampu bekerjasama dengan organisasi lain dalam hal tukar program ataupun tukar ide.

Dalam pesan selanjutnya, pembicara kembali mengingatkan kepada punggawa IMPP agar tetap menjadi organisasi yang netral, harus punya bergaining position agar tidak diklaim pihak tertentu, walaupun sering kali didekati menjelang pemilihan-pemilihan kepala daerah.

Dua saung besar samping kiri kolam renang dipenuhi 50 lebih hadirin Halal bi halal yang ingin mendengarkan Hadrah IMPP, hadrah ditampilkan setelah makan siang untuk menemani teman-teman yang sedang istirahat, adalah mas Zuhri dan mba Ely fatmawati yang berperan sebagai vokalis sampai dengan 5 lagu.

Acara diakhiri dengan doa bersama yang dipimpin oleh mas Abdul jabbar, selaku pengurus. Namun setelah selesai, pengurus tidak langsung pulang. Beberapa dari mereka masih sibuk memburu alumni yang memang tahu seluk-beluk pendirian IMPP, mungkin kerinduannya sama seperti rakyat indonesia kepada Bung besar.

Tak ayal, alumni pun merespon dengan baik. Obrolan-obrolan intim seperti ini justru yang lebih serius karena tidak terpaut waktu dan santai. Sebelum pulang, mas Ali sya’ban pun menginginkan suatu saat bisa mendatangkan hadrah IMPP untuk acara keluarga, dan barangkali anak IMPP yang mau mampir kerumahnya akan disambut dengan bahagia.

Terakhir, (kalau samidi minta maaf karena tulisannya tidak bagus), penulis minta maaf apabila yang disampaikan saat acara tidak bisa dituangkan semua.

0 komentar:

Post a Comment

 
Toggle Footer