25 September 2016
“Saat zaman saya, IMPP (Ikatan mahasiswa pelajar Pemalang) itu seperti menanam jagung yang tidak tumbuh-tumbuh. Karena
mungkin anggotanya belum kenal sama IMPP padahal saat itu banyak dari anggota maupun pengurus aktif di organisasi luar
kampus” Ucap mas Ali sya’ban mengawali sharing IMPP yang digelar dipulau Situ
gintung, Ciputat.
“Dulu, saat bikin Ad/art organisasi juga terlalu cepat bersama mas
roni, sapaan akrab bapak Thobaroni di sedap malam. Saat itu kami sama-sama aktivis
kampus, jadi sudah sering melihat Ad/art di organisasi lain” lanjutnya.
Acara ini bertajuk Halal bi halal Mahasiswa pemalang yang ada
dijakarta 25/9 yang dhadiri pula oleh founding fathers IMPP dari tahun 1990-an
seperti Bapak Thobaroni, Bapak Nur Sehat, Bapak Mukholik abdul karim, Bapak Nur
salim dan kawan-kawannya dengan tujuan mengungkap
sejarah IMPP yang masih simpang siur.
Selain itu, pembicara juga menanamkan arti penting kuliah. “Rambut
saya dulu gondrong, pernah ikut demo, tapi ya lulus cepat. Semester 7 saya
sudah habis sks, jadi tidak ada alasan kuliah lama karena organisasi”. Tambah
pria yang pernah menjadi ketua IMPP periode 1990 dan sekarang berdomisili di bogor.
Logo IMPP jakarta Pertama kali |
Terkait sejarah IMPP, mas Thobaroni menjelaskan bahwa beliau membuatnya
dengan teliti sesuai daerah yang ada di Pemalang, seperti menyisipkan gunung
dan laut yang menyimbolkan bahwa Pemalang memiliki daerah pegunungan dan laut.
Symbol gunung ini juga bisa dimaknai sebagai keunggulan, namun bukan berarti bangga diri,
keunggulan disini supaya kader terus memacu bakat mereka dalam berbagai hal.
Dalam logo juga ada simbol laut, karena pemalang
mempunyai itu seperti pantai widuri dan pantai nyamplung atau beberapa pantai
yang memang sangat potensi menjadi destinasi para wisatawan. Korelasinya adalah
bahwa IMPP juga harus menjadi organisasi yang bermanfaat, (superior) mampu
bekerjasama dengan organisasi lain dalam hal tukar program ataupun tukar ide.
Dalam pesan selanjutnya, pembicara kembali mengingatkan
kepada punggawa IMPP agar tetap menjadi organisasi yang netral, harus punya bergaining
position agar tidak diklaim pihak tertentu, walaupun sering kali didekati
menjelang pemilihan-pemilihan kepala daerah.
Dua saung besar samping kiri kolam renang dipenuhi 50
lebih hadirin Halal bi halal yang ingin mendengarkan Hadrah IMPP, hadrah ditampilkan
setelah makan siang untuk menemani teman-teman yang sedang istirahat, adalah
mas Zuhri dan mba Ely fatmawati yang berperan sebagai vokalis sampai dengan 5
lagu.
Acara diakhiri dengan doa bersama yang dipimpin oleh mas
Abdul jabbar, selaku pengurus. Namun setelah selesai, pengurus tidak langsung
pulang. Beberapa dari mereka masih sibuk memburu alumni yang memang tahu
seluk-beluk pendirian IMPP, mungkin kerinduannya sama seperti rakyat indonesia
kepada Bung besar.
Tak ayal, alumni pun merespon dengan baik. Obrolan-obrolan
intim seperti ini justru yang lebih serius karena tidak terpaut waktu dan
santai. Sebelum pulang, mas Ali sya’ban pun menginginkan suatu saat bisa
mendatangkan hadrah IMPP untuk acara keluarga, dan barangkali anak IMPP yang
mau mampir kerumahnya akan disambut dengan bahagia.
Terakhir, (kalau samidi minta maaf karena tulisannya
tidak bagus), penulis minta maaf apabila yang disampaikan saat acara tidak bisa
dituangkan semua.
0 komentar:
Post a Comment