Makna sebuah perjalanan “berjuta cerita di monas”
Perjalanan yang
diawali dengan niat antara iya dan tidak, akhirnya ragapun menyerah pada
keadaan saat itu.
Jam 09.00 yang harusnya meluncur dari
ciputat tercinta menuju monas ngaret jadi
10.30, bukan karna kita tak menghargai waktu tapi karna kurangnya
kesiapan, ya kali abis jogging belum sarapan pula udah disuruh siap-siap aja,
mandi bebekpun tak apalah.
Penasaran yah mau
apa sih kita ke Monas? mungkin pada berfikiran paling Cuma jalan-jalan,
sebenarnya sih iya tapi ada tujuan yang lebih penting yaitu memenuhi undangan dari
CPI (Community Pemalang Ikhlas).
Kebetulan ketua
domisioener Zaenun Nu’man bersama dengan
tangan kananya Ahmad faik sudah meluncur duluan ke Monas, rombongan kami pun
berkumpul di depan gerbang masuk UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang terdiri
atas wakil ketua domisioner Faur rasid, ketua terpilih M.Arif dan 4 orang
anggota Reni, Zaky, Ismul dan saya sendiri (Miya). Teriknya matahari tak akan menjadi halangan
untuk melanjutkan perjalanan dengan mengunakan motor-motor pilihan yang sudah
diuji di berbagai bengkel terdekat. Macet…macet dan
macet ,biasalah bukan Jakarta namanya kalo gak macet.
Singkat cerita di tengah perjalanan Faur dan Reni terpisah
dari rombongan, entah mereka yang
terpisah apa kami yang memisahkan diri, entahlah hanya Allah yang tau. Dan
ternyata oh ternyata rombongan kamilah yang “nyasar” dan lebih parahnya lagi
tak satupun dari kami yang tau jalan menuju Monas.
Dengan modal nekat kami tetap melanjutkan perjalanan.
Berhentilah kami dijalan dekat halte blok M, emmm bukan buat istirahat yah tapi
karna kami KENA TILANG sekali lagi KENA TILANG!!!, masuklah kami ke pos polisi
dengan jamuan pertanyaan-pertanyaan yang memaksa keringat untuk keluar dari
tubuh, maklum saja kami masih menjadi anak-anak polos. Kami ditangani oleh
polisi yang berbeda, Arif dan Ismul ditangani oleh polisi yang baik hati dan
Alhamdulillah tidak sombong tapi sedikit galak dan merekapun dibiarkan
melanjutkan perjalanan. Lain cerita dengan saya dan Zaky yang ditangani oleh
polisi ganteng masih muda pula, mungkin karna terlalu ganteng sehingga Zaky terlalu
gugup untuk menjawab pertanyaan dari polisi tersebut alhasil kami dipersulit
untuk melanjutkan perjalanan kembali ,dengan menjunjung tinggi kata DAMAI”
polisi tersebut menawarkan pilihan mau sidang apa bebas bersyarat, kamipun
memilih bebas bersyarat dengan membayar uang, gak usah disebut yah jumlah
uangnya berapa paling 20.000 doang kok, itung-itung buat amal mungkin pak
polisinya lagi gak punya duit.
Lanjut jalan aja yah,
kami sampai dimonas (horeeeee moonasss) dan ahirnya dipertemukan kembali
dengan mas faur dan mba reni.tujuan pertama kami lamgsung menghampiri IKPP, kami
kira mas zenun dan mas faik sudah ditempat eh ternytaa mereka masih kebingunggan
mencari keberadaan kami. Selang beberapa menit merekapun datang, huh akhirnya
ngumpul jua. Kami disambut baik oleh muka-muka ramah khas pemalang dan kami
lebih tepatnya mas zenun sebagai perwakilan memaparkan berbagai porker (program
kerja) dari IMPP sendri Alhamdulillah mereka merespon baik dan mau
berkonstribusi dengan IMPP.
Tujuan selanjutnya menghampiri KPCC, merekapun merespon
baik atas kedatangan kami bahkan kami disuruh berpartisipasi dalam sebuah
permain yang mereka buat dan mas faurlah sebagai perwakilan dari kami yang
memenangkan permainan tersebut dan titik-titik sebagai hadiahny (gak usah
disebut yah apa hadiahnya biar pada penasaran).
Mentaripun enggan untuk menemani lagi, kami memutuskan
untuk pulang. Karna tempat kami parkir itu berbeda-beda kami berdiskusi sejenak
menentukan dimana kami bertemu.
Diskusi yang penuh tawa dan membutuhkan waktu lama
untuk menentukan titik temu ahirnya selesai sudah dengan menunjuk IRTI
sebagai lokasi pertemuan para jiwa-jiwa
muda. saya, mas ismul, mas arif dan mas zaky sampai duluan di Irti, ya iyalah
orang kita parkirnya disitu. kringkring..kringkring,,,hp pun berbunyi dan
ternyata mas zenun nelpon,duuh mas zenun baru aja berpisah sudah kangen
nelfon-nelfon segala lagi :D, dugaan ku salah ternyata mas zenun ingin
memberitaukan bahwa kunci motornya hilang. APA???? HILANG?! dengan santainya
mas zenun menjawab : iya hilang mungkin dia lagi selingkuh. Ya Allah lagi kaya
gini masih aja nglawak.
Tinggalin cerita tentang mas zenun dan mas faik karna
kami tak menemukan solusi untuk itu, kita beralih untuk pertemuan kedua dengan
mas faur dan mba reni. Untuk menemui mas
faurpun kami kesulitan dan ahirnya mas faur dengan gagahnya triak-triak
disebrang jalan dan menyuruh kami untuk menghampirinya, oke fix kamipun menyetujuinya.
dijalan tiba-tiba mas arif berhenti entah dia laper atau mau buang air?? Dan
dia menceritakan kegalauanya kenapa dia berhenti mendadak itu karna “KEHABISAN
BENSIN” ya Allah cobaan apa lagi ini, padahal menuju mas faur masih beberapa
kilometer lagi, dengan kekuatan super yang dimiliki mas ismul dan mas arif
mendorong megatron (panggilan kesayangan motonya mas arif) gak kebayang deh
capeknya gimana ndorong motor gede dengan jarak yang cukup jauh. (good job dah
buat mas arif sama mas ismul)
Udah pada ngumpul nih tapi masalah belum juga kelar
(usap dada) lagi-lagi jarak yang menjadi halangan. Untuk menuju pom bensin pun
jaraknya lumayan jauh, ya kali mau didorong lagi bisa-bisa mas arif berat
badannya turun 50 kg.jadi dengan kekreatifitasan kami selaku jiwa-jiwa muda
yang penuh semangat sampai lupa rasa makanan itu seperti apa, kami memutuskan
untuk menugaskan mas ismul untuk ikut mendorong (nyetep) dengan menggunakan
motornya mas faur (maaf bahasanya kurang dimengerti soalnya yang nulis juga
binggung bahasanya itu gimana). menunggu adalah hal yang membosankan maka dari
itu berbicang-bincang dan tetap masih dalam keadaan KELAPARAN, bukanya kita
pada pelit tapi sumpah dah uang lagi pada limit. Satu hal yang menarik dari
perbincangan kami ketika saya Tanya pada mas faur dan mba reni tentang nasib
tragis yang dialami oleh mas zenun dengan kompaknya mereka menjawab “sudah
biarin aja mereka udah gede udah pada tau jalan”. HAH?!!! Ini beneran jawaban
dari seorang keluaga ketika lagi kesusahan, ternyata setelah dijelasin mereka
belum tau bahwa kunci motor mas zenun ilang, duh pantesan jawabnya gitu.
Mas faur dan mas zakypun menghampiri mas zenun dan mas
faik, nyampai disana mereka melihat pemandangan yang membuat otak mereka
berfikir kok bisa yah dalam keadaan darurat seperti ini masih sempat-sempatnya
TIDUR??? (usap dada again). Sama halnya dengan solusi untuk permasalahan mas
arif mereka pun saling dorong mendorong
untuk sampai ke bengkel terdekat (padahal gak ada bengkel yang dekat). ya
sudahlah….
Gimana yah nasib cewe-cewe kece yang ditinggal para kesatrianya
yang lagi berjuang menuju jalan pulang, intip
aja nyook. Saya dan mba reni kaya orang ilang yang duduk dipinggir jalan dimana
semua mata yang melintas tertuju pada kita, MALUNYA ITU LOOHHH!!!!!!!! yang
bikin tambah naik darah ada dua cewe yang gak begitu kece dateng membawa
pertanyaan (berharap membawa makanan ehhh) dan setelah kami jawab dengan
panjang lebar kali tinggi mereka langsung pergi tanpa bertrimakasih??? bayangin
aja lah rasanya gimana. mas ismul sama mas arifpun datang dan lagi-lagi tanpa
membawa makanan. satu persatu masalahpun dapat teratasi, detik demi detik terlewati menit
demi menit telampaui dan jam demi jampun telah berlalu, akhirnya datang dua
sosok cowok guanteng yaitu mas faur dan mas zaky dengan membawa beberapa
makanan (Alhamdulillah penantianku tak sia-sia). Kami berbondong-bondong
menjumpai mas zenun dan mas faik yang mungkin lagi curcol, sampailah kami
dibengkel tempat motor mas zenun diservis dan ahirnya kami berdelapanpun
bertemu (sorak-sorak bergembira) sambil menunggu kehangatan sebuah keluargapun
muncul dengan tawa-tawa lepas seperti tanpa beban .selesai sudah servisnya
karna uang kami pas-pasan untuk bayar servis, yang harusnya 25.000 kami nego menjadi
24.000 lumayan kan 1000 bisa buat beli
permen. kami tidak memutuskan untuk langsung keciputat tempat kami berdomisili
tapi langsung menuju rumah mas varis anggota IKPP berharap mendapat makanan
disana, diperjalanan ada aja hal-hal yang membuat orang ketawa bila melihatnya
dari mas faik yang salah masuk jalur cepat, untung aja remnya bersahabat dan
langsung berhenti saat polisi menegurnya dan lagi-lagi kami harus merelakan
kebersamaan kami terbaik menjadi dua kubu antara mas faik, mas zaky, mas faur
dan mba reni dengan mas zenun, mas arif, mas ismul dan tentu saya sendiri
(MENYEDIHKAN) itu karna motor mas zenun
bagai sepeda yang rantainya copot tiba-tiba, untung saja hal itu cepat
teratasi. Petualanganpun dimulai dengan
mengandalkan mas zenun yang ingat-ingat lupa jalan ke rumah mas varies dan
Alhamdulillah sampai tujuan dengan selamat tanpa kurang suatu apapun. bersholawatpun
menjadi tujuan pertama kali dirumah mas varies.barokallahh….:)
s
0 komentar:
Post a Comment